Ibu adalah orang yang paling dekat dengan anak dan paling awal dipercaya oleh anak. Selama 9 bulan lebih, Ibu telah mengandung janin (calon anak). Pada saat itu anak mulai menyatu dengan diri dan jiwa ibunya. Sehingga dapat dikatakan bahwa perkembangan janin sampai ia terlahir ke dunia sangat ditentukan oleh ketulusan dan kesabaran ibunya untuk menjaganya hingga tumbuh menjadi bayi yang sehat. Setelah anak lahir ke dunia pun, anak sangat tergantung pada ibunya. Sebab diawal kehidupannya, hanya ibunya lah yang bisa memberikan makanan terbaik baginya berupa air susu ibu. Sang anak membutuhkan air susu ibunya selama 2 tahun penuh. Selain air susu ibu, anak juga sangat butuh akan pelukan ibunya agar memperoleh rasa aman. Hal Inilah ibu menjadi orang yang paling dekat dengan anak dan orang yang paling dipercaya oleh anak.
Oleh karena itu, sejak awal kehidupan anak, ibu adalah orang yang paling menguasai dan memahami pertumbuhan dan perkembangan anak secara detil. Ibu jugalah orang yang pertama kali mengajak berkomunikasi dengan anak dan juga orang yang pertama memahami cara berkomunikasi anak. Ini semua merupakan potensi besar bagi ibu menjadi guru pertama dan utama bagi anak sejak awal kehidupannya, yakni sejak dalam kandungan. Sikap dan perilaku ibu menjadi teladan pertama bagi anak. Terlebih lagi Allah SWT telah memfungsikan indera pendengaran anak sejak usia empat bulan dalam kandungan. Sehingga lantunan ayat-ayat Al Qur'an yang sering dibacakan oleh seorang ibu pada saat hamil akan berpengaruh besar bagi pertumbuhan sang anak. Potensi luar biasa ini tidak dimiliki oleh siapapun kecuali ibu. Inilah yang menyebabkan posisi ibu merupakan sosok yang ideal sebagai guru pertama dan utama.
Oleh karena itu, sejak awal kehidupan anak, ibu adalah orang yang paling menguasai dan memahami pertumbuhan dan perkembangan anak secara detil. Ibu jugalah orang yang pertama kali mengajak berkomunikasi dengan anak dan juga orang yang pertama memahami cara berkomunikasi anak. Ini semua merupakan potensi besar bagi ibu menjadi guru pertama dan utama bagi anak sejak awal kehidupannya, yakni sejak dalam kandungan. Sikap dan perilaku ibu menjadi teladan pertama bagi anak. Terlebih lagi Allah SWT telah memfungsikan indera pendengaran anak sejak usia empat bulan dalam kandungan. Sehingga lantunan ayat-ayat Al Qur'an yang sering dibacakan oleh seorang ibu pada saat hamil akan berpengaruh besar bagi pertumbuhan sang anak. Potensi luar biasa ini tidak dimiliki oleh siapapun kecuali ibu. Inilah yang menyebabkan posisi ibu merupakan sosok yang ideal sebagai guru pertama dan utama.
Peran strategis ibu bagi kemajuan bangsa
Adanya keterlibatan setiap ibu secara sungguh-sungguh dan penuh ketulusan dalam mendidik anak sejak awal kehidupannya sangat menentukan hasil kualitas generasi. Sementara kualitas generasi saat ini sangat menentukan kualitas pemimpin bangsa di masa depan. Oleh karena itu bila negeri ini ingin mempunyai generasi pemimpin berkualitas yakni, negarawan-negarawan yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan, keamanan, dan kemuliaan rakyatnya, bahkan negarawan-negarawan yang akan membawa bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan mulia di hadapan bangsa-bangsa lain di dunia di masa datang, maka para ibu di negeri ini harus difungsikan peran utamanya sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Sehingga semua anak di negeri ini terjamin mendapatkan pendidikan yang baik dan kasih sayang yang tulus sejak awal kehidupannya. Selanjutnya akan memudahkan anak untuk tumbuh menjadi anak yang sholeh/sholehah.
Peran strategis ini hendaklah mendapat perhatian dari negara. Sebab hanya negara yang bisa mempunyai kekuatan besar untuk membuat arus deras (massal) di tengah-tengah masyarakat untuk memfokuskan peran ibu sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Apalagi untuk menjalankan peran ini, para ibu (secara massal) perlu mendapatkan pembekalan yang cukup secara terus-menerus tentang ilmu merawat dan mendidik anak, sehingga setiap ibu mampu menjadi guru bagi anak-anaknya sejak awal kehidupannya. Tentu saja hal ini membutuhkan dana dan tenaga yang besar. Sehingga tanggung jawab ini hanya layak ditanggung oleh negara, bukan masyarakat apalagi seorang indvidu. Demikian pula para ibu perlu difasilitasi oleh negara agar mereka mudah menjalankan perannya yang strategis ini.
Adanya keterlibatan setiap ibu secara sungguh-sungguh dan penuh ketulusan dalam mendidik anak sejak awal kehidupannya sangat menentukan hasil kualitas generasi. Sementara kualitas generasi saat ini sangat menentukan kualitas pemimpin bangsa di masa depan. Oleh karena itu bila negeri ini ingin mempunyai generasi pemimpin berkualitas yakni, negarawan-negarawan yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan, keamanan, dan kemuliaan rakyatnya, bahkan negarawan-negarawan yang akan membawa bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan mulia di hadapan bangsa-bangsa lain di dunia di masa datang, maka para ibu di negeri ini harus difungsikan peran utamanya sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Sehingga semua anak di negeri ini terjamin mendapatkan pendidikan yang baik dan kasih sayang yang tulus sejak awal kehidupannya. Selanjutnya akan memudahkan anak untuk tumbuh menjadi anak yang sholeh/sholehah.
Peran strategis ini hendaklah mendapat perhatian dari negara. Sebab hanya negara yang bisa mempunyai kekuatan besar untuk membuat arus deras (massal) di tengah-tengah masyarakat untuk memfokuskan peran ibu sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Apalagi untuk menjalankan peran ini, para ibu (secara massal) perlu mendapatkan pembekalan yang cukup secara terus-menerus tentang ilmu merawat dan mendidik anak, sehingga setiap ibu mampu menjadi guru bagi anak-anaknya sejak awal kehidupannya. Tentu saja hal ini membutuhkan dana dan tenaga yang besar. Sehingga tanggung jawab ini hanya layak ditanggung oleh negara, bukan masyarakat apalagi seorang indvidu. Demikian pula para ibu perlu difasilitasi oleh negara agar mereka mudah menjalankan perannya yang strategis ini.
Peran negara terhadap peran strategis ibu sebagai guru pertama dan utama
Adapun wujud peran negara terhadap peran strategis ibu ini mencakup tiga hal yaitu:
Pertama, negara berperan dalam memberikan pembekalan kepada setiap perempuan, baik ibu maupun calon ibu tentang pengetahuan yang terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai usia, metode pendidikan yang tepat untuk melejitkan perkembangan setiap anak, dan materi pembelajaran yang tepat sesuai usia anak. Pembekalan ini bisa diberikan lewat pendidikan formal maupun non formal.
Kedua, negara berperan mengeluarkan kebijakan khusus kepada perempuan agar mereka hanya bekerja setengah hari atau part time, sehinggga mereka masih bisa menjalankan perannya sebagai ibu secara ideal. Negara juga berperan mengeluarkan kebijakan agar setiap kantor memfasilitasi para ibu bekerja yang sedang menyusui, sehingga sang anak tetap mendapatkan makanan terbaik yang Allah ciptakan bagi sang anak.
Ketiga, negara menyediakan lapangan kerja yang cukup bagi para suami dan bapak sebagai kepala rumah tangga, sehingga tulang punggung pencari nafkah adalah para suami dan bapak. Dengan demikian perempuan tidak perlu mati-matian bekerja seharian untuk mencukupi kebutuhannya dan anak-anaknya, sehinggga para ibu fokus merawat dan mendidik anak-anaknya menjadi anak yang sholeh.
Bila kita cermati realitas saat ini, masih banyak ibu belum mampu menjalankan perannya, khususnya dalam membina dan mendidik anak-anaknya. Untuk itu hendaknya ada sekelompok kaum muslimin yang senantiasa menyadarkan para ibu betapa pentingnya peran ibu sebagai guru pertama dan utama bagi anak-anaknya, untuk menghasilkan kualitas generasi di masa datang. Apalagi balasan yang diberikan Allah SWT kepada orang tua yang berhasil mendidik anaknya adalah surga. Selanjutnya mendorong para ibu untuk terus-menerus belajar tentang cara mendidik anak sesuai usianya, sampai mereka mampu dan percaya diri menjalankan fungsi utamanya sebagai guru pertama dan utama bagi anak-anaknya.
Adapun wujud peran negara terhadap peran strategis ibu ini mencakup tiga hal yaitu:
Pertama, negara berperan dalam memberikan pembekalan kepada setiap perempuan, baik ibu maupun calon ibu tentang pengetahuan yang terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai usia, metode pendidikan yang tepat untuk melejitkan perkembangan setiap anak, dan materi pembelajaran yang tepat sesuai usia anak. Pembekalan ini bisa diberikan lewat pendidikan formal maupun non formal.
Kedua, negara berperan mengeluarkan kebijakan khusus kepada perempuan agar mereka hanya bekerja setengah hari atau part time, sehinggga mereka masih bisa menjalankan perannya sebagai ibu secara ideal. Negara juga berperan mengeluarkan kebijakan agar setiap kantor memfasilitasi para ibu bekerja yang sedang menyusui, sehingga sang anak tetap mendapatkan makanan terbaik yang Allah ciptakan bagi sang anak.
Ketiga, negara menyediakan lapangan kerja yang cukup bagi para suami dan bapak sebagai kepala rumah tangga, sehingga tulang punggung pencari nafkah adalah para suami dan bapak. Dengan demikian perempuan tidak perlu mati-matian bekerja seharian untuk mencukupi kebutuhannya dan anak-anaknya, sehinggga para ibu fokus merawat dan mendidik anak-anaknya menjadi anak yang sholeh.
Bila kita cermati realitas saat ini, masih banyak ibu belum mampu menjalankan perannya, khususnya dalam membina dan mendidik anak-anaknya. Untuk itu hendaknya ada sekelompok kaum muslimin yang senantiasa menyadarkan para ibu betapa pentingnya peran ibu sebagai guru pertama dan utama bagi anak-anaknya, untuk menghasilkan kualitas generasi di masa datang. Apalagi balasan yang diberikan Allah SWT kepada orang tua yang berhasil mendidik anaknya adalah surga. Selanjutnya mendorong para ibu untuk terus-menerus belajar tentang cara mendidik anak sesuai usianya, sampai mereka mampu dan percaya diri menjalankan fungsi utamanya sebagai guru pertama dan utama bagi anak-anaknya.
“Tidak ada pemberian orangtua kepada anak yang lebih utama daripada pendidikan yang baik” (HR.At-Tirmidzy).
Jika seorang manusia meninggal dunia, putuslah amalnya kecuali dari tiga perkara: shodaqoh jariah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak yang shaleh (HR.Ahmad dan Muslim).
0 comments:
Post a Comment