websitepemula

Monday, January 31, 2011

Melatih Anak Gemar Bersedekah


oleh :  Ibu Zulia  Ilmawati (Media Umat)

Smart parents...
Bersedekah merupakan pemberian dari seorang muslim secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi waktu dan jumlah. Dari segi bentuknya, sedekah sesungguhnya tidak dibatasi pemberian dalam bentuk uang, tetapi sejumlah amal kebaikan yang dilakukan seorang muslim. Rasulullah SAW bersabda:

“ Setiap muslim wajib bershadaqah”; para sahabat bertanya: “Bagaimana bila ia tidak mempunyai sesuatu untuk dishadaqahkan?” Nabi menjawab: “Hendaklah ia bekerja hingga dapat mencukupkan kebutuhannya sendiri dan dapat pula bershadaqah”; para sahabat bertanya lagi: Bila ia tidak dapat bekerja bagaimana?” Nabi menjawab: “Hendaklah ia menolong orang yang memerlukan pertolongan”; para sahabat bertanya pula: “Bila ia masih tidak juga bagaimana?” Nabi menjawab: “Hendaklah ia menyuruh orang lain berbuat baik”; para sahabat masih bertanya lagi: “Bila beramar ma’rufpun ia tidak dapat, bagaimana?” Nabi menjawab: “Hendaklah ia menahan diri dari keburukan; sungguh menahan diri dari keburukan itu merupakan shadaqah” (HR Ahmad, Bukhari, Muslim dan An-Nasaai)

Bersedekah selain merupakan sarana beribadah juga bisa digunakan untuk melatih empati anak pada orang lain. Empati berarti menempatkan diri seolah-olah menjadi seperti orang lain. Rasa empati pada anak harus diasah. Banyak segi positif bila kita mengajarkan anak berempati. Mereka tidak akan agresif dan senang membantu orang lain. Rasulullah pun sangat menekankan pentingnya mengembangkan sikap empati ini. Sesama orang-orang beriman adalah laksana satu tubuh, jika ada sebagian dari anggota tubuh yang sakit, maka
seluruh anggota tubuh akan merasakan sakit pula.

Smart Parents...
Hal-hal yang bisa ibu ajarkan kepada anak agar gemar melakukan sedekah dari kecil antara lain adalah:
Pertama, Beri anak motivasi melalui hadits dan ayat-ayat yang berbicara tentang sedekah. Banyak sekali ayat-ayat Al-qur’an dan hadits Rasulullah yang menggambarkan tentang pahala orang yang menafkahkan sebagian hartanya. Ayat-ayat dan hadits-hadits tersebut hendaknya sudah mulai dikenalkan kepada anak sejak dini. Dengan membacakanya, menghafal, dan mengkajinya akan memberikan motivasi yang luar biasa buat anak. Cara mengkajinya tentu dengan bahasa yang mudah dipahami anak-anak.  
Kedua, Bacakan cerita-cerita sahabat Rasulullah yang gemar menafkahkan hartanya.  Cerita tentang bagaimana Abu Bakar Ashidiq menyerahkan sebagian besar hartanya untuk dakwah, Abdurrahman Bin Auf sahabat yang sangat kaya raya yang gemar bersedekah yang menyebabkan Nabi SAW memasukkannya dalam sepuluh orang yang telah diberi kabar gembira sebagai ahli surga.
Ketiga, Keteladanan, Keteladanan merupakan cara yang sangat baik dalam pendidikan, apalagi dalam periode awal kanak-kanak. Oleh karena itu, orang tua atau pendidik harus bisa menjadi model yang baik. Bila dalam keseharian biasa memperlihatkan kepekaan serta kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan, mampu berempati, bukan tidak mungkin anak akan menirunya. Sejalan dengan perkembangannya, akan meningkatkan kemampuan anak untuk memahami berbagai macam hal, dan diharapkan peniruan ini akan menjadi sebuah kemampuan, kebiasaan yang melekat pada anak. 
Keempat, Pembiasaan, Pendidikan melalui pembiasaan akan menjadikan anak terlatih sejak kecil, ringan di dalam memberikan pertolongan pada orang lain. Upaya kecil yang bisa dilakukan misalnya dengan membawakan bekal sekolah anak lebih dari satu, dengan pesan untuk dibagikan pada temannya yang tidak membawa membawa bekal ke sekolah.  
Kelima, Ajaklah anak melihat sendiri dan mengalami kehidupan yang sangat berbeda dengan kehidupan yang biasa ia jalani. Ajaklah anak untuk mengunjungi tempat di mana banyak orang susah berkumpul di sana. Dengan begitu mereka akan melihat bahwa ada sisi lain dari kehidupan manusia. Sekali waktu anak bisa diajak ke panti asuhan, tempat bencana alam atau tempat-tempat lain yang membutuhkan uluran tangan. Selain mengajak anak langsung ke tempat-tempat seperti itu, anak juga bisa diajak melihat film-film tentang kaum muslimin yang didzolimi seperti film-film perjuangan rakyat palestina, atau penderitaan kaum muslimin di negara lainnya.

Sunday, January 30, 2011

To Be Inspiring Mom

To Be Inspiring Mom



Ibu adalah sebuah profesi multitalent yang tiada bandingannya. Betapa tidak, ibu adalah “sekolah kehidupan” pertama dan utama bagi anak-anaknya. Pelajaran pertama dari melihat, mendengar, meraba, dll, terinspirasi dari seorang ibu. Tentu, dengan catatan dia adalah ibu yang senantiasa mendampingi tiap detak jantung sang buah hati sejak ia meghirup udara dunia ini.

Sebagai guru kehidupan, berbagai “profesi” harus dikuasai oleh seorang ibu agar mampu memberikan yang terbaik bagi anaknya. Apa itu?


1.     Sebagai Guru

Ibulah pertama-tama yang mengenalkan kata-kata, aneka suara, bermacam warna, berbagai rasa, fenomena alam, makhluk ciptaan Tuhan, dll. Seorang ibu dilarang bosan mengajarkan berbagai hal kepada anak, meski kadang sepele. Seperti cara menggamit sendal. Termasuk menjawab berbagai pertanyaan anak ketika mereka mulai mampu mengindera.


2.     Sebagai Dokter

Ketika anak sakit, ibulah yang pertama mendeteksi apa yang dirasakan si anak. Sebab, ibu adalah sosok paling sensitif terhadap perubahan buah hatinya. Karena itu, seorang ibu harus paham dengan berbagai gejala yang diderita sang buah hati. Apakah demam karena masuk angin, kecapekan, alergi, stres, dll. Ibulah yang memutuskan bagaimana mengobati anak. Apakah sudah perlu ke dokter, atau cukup dengan berbagai obat-obatan alamiah. Begitulah peran ibu sebagai dokter.


3.     Sebagai Manajer Keuangan

Seorang ibu harus jago mengatur keuangan keluarga yang diamanahkan oleh ayah. Berapa porsi untuk belanja bulanan, bayar tagihan, biaya pendidikan, jajan anak dan mungkin juga jajan ibu sendiri. Jangan dengan dalih sayang anak, semua kemauan jajan anak dituruti. Apalagi jika itu bukan jajanan sehat.


4.     Sebagai Polisi

Ibu adalah pelindung dan pengayom bagi anak. Ibu wajib memberikan rasa aman dan nyaman, di manapun anak-anak berada. Bahkan ketika tak berada di dekat mereka. Ketika melepas si kecil ke bangku sekolah misalnya, pilihkan sekolah yang baik, dan guru yang mampu menjadi pengganti sementara ibunya. Dengan begitu anak merasa betah.


5.     Sebagai koki

Tak harus selihai para chef di restoran atau hotel berbintang, seorang ibu hendaknya mampu menyajikan menu yang menggugah selera. Bukan pula harus makanan serba mahal atau mewah. Yang penting menyehatkan dalam rangka memenuhi asupan gizi keluarga. Tapi tak ada salahnya, sekali waktu ciptakan suasana restoran di rumah. Baik penampilan maupun menunya.


6.     Sebagai penjahit

Keterampilan yang terbilang kuno ini, bukan tak berguna bagi seorang ibu. Bahkan tetap harus dikuasai. Apa iya, jika celana anak, baju olahraganya atau kerudung si kecil sobek sedikit saja harus ke penjahit?


7.     Sebagai penghibur

Ibu adalah penyanyi yang mampu meninabobokan si kecil. Ibu adalah pelawak yang bisa membuat si kecil tertawa lepas. Ibu adalah pesulap, yang mampu membuat kejutan-kejutan menyenangkan buat anak.


8.     Sebagai konsultan

Ibu hendaknya menjadi tempat curhat pertama dari anak-anaknya. Berilah solusi terbaik yang mencerahkan, memotivasi dan membangkitkan semangat hidupnya.


9.     Sebagai daiyah

Ibu adalah penasihat bagi anaknya. Jangan hanya fasih mendakwahi masyarakat, tapi juga anak sendiri.


10.  Sebagai sahabat

Ibu harus berperan sebagai sahabat terdekat bagi anak. Hendaknya suka dan duka menjadi lembaran kehidupan bersama-sama.(Kholda)


Saturday, January 29, 2011

Ibu Sebagai Guru Pertama dan Utama

Oleh: Ir. Hj. Emmi Khairani*
(Pakar Pendidikan Anak berbasis Aqidah Islam)
 
Ibu adalah orang yang paling dekat dengan anak dan paling awal dipercaya oleh anak. Selama 9 bulan lebih, Ibu telah mengandung janin (calon anak). Pada saat itu anak mulai menyatu dengan diri dan jiwa ibunya. Sehingga dapat dikatakan bahwa perkembangan janin sampai ia terlahir ke dunia sangat ditentukan oleh ketulusan dan kesabaran ibunya untuk menjaganya hingga tumbuh menjadi bayi yang sehat. Setelah anak lahir ke dunia pun, anak sangat tergantung pada ibunya. Sebab diawal kehidupannya, hanya ibunya lah yang bisa memberikan makanan terbaik baginya berupa air susu ibu. Sang anak membutuhkan air susu ibunya selama 2 tahun penuh. Selain air susu ibu, anak juga sangat butuh akan pelukan ibunya agar memperoleh rasa aman. Hal Inilah ibu menjadi orang yang paling dekat dengan anak dan orang yang paling dipercaya oleh anak.


Oleh karena itu, sejak awal kehidupan anak, ibu adalah orang yang paling menguasai dan memahami pertumbuhan dan perkembangan anak secara detil. Ibu jugalah orang yang pertama kali mengajak berkomunikasi dengan anak dan juga orang yang pertama memahami cara berkomunikasi anak. Ini semua merupakan potensi besar bagi ibu menjadi guru pertama dan utama bagi anak sejak awal kehidupannya, yakni sejak dalam kandungan. Sikap dan perilaku ibu menjadi teladan pertama bagi anak. Terlebih lagi Allah SWT telah memfungsikan indera pendengaran anak sejak usia empat bulan dalam kandungan. Sehingga lantunan ayat-ayat Al Qur'an yang sering dibacakan oleh seorang ibu pada saat hamil akan berpengaruh besar bagi pertumbuhan sang anak. Potensi luar biasa ini tidak dimiliki oleh siapapun kecuali ibu. Inilah yang menyebabkan posisi ibu merupakan sosok yang ideal sebagai guru pertama dan utama.
 
Peran strategis ibu bagi kemajuan bangsa
Adanya keterlibatan setiap ibu secara sungguh-sungguh dan penuh ketulusan dalam mendidik anak sejak awal kehidupannya sangat menentukan hasil kualitas generasi. Sementara kualitas generasi saat ini sangat menentukan kualitas pemimpin bangsa di masa depan. Oleh karena itu bila negeri ini ingin mempunyai generasi pemimpin berkualitas yakni, negarawan-negarawan yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan, keamanan, dan kemuliaan rakyatnya, bahkan negarawan-negarawan yang akan membawa bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan mulia di hadapan bangsa-bangsa lain di dunia di masa datang, maka para ibu di negeri ini harus difungsikan peran utamanya sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Sehingga semua anak di negeri ini terjamin mendapatkan pendidikan yang baik dan kasih sayang yang tulus sejak awal kehidupannya. Selanjutnya akan memudahkan anak untuk tumbuh menjadi anak yang sholeh/sholehah.
Peran strategis ini hendaklah mendapat perhatian dari negara. Sebab hanya negara yang bisa mempunyai kekuatan besar untuk membuat arus deras (massal) di tengah-tengah masyarakat untuk memfokuskan peran ibu sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Apalagi untuk menjalankan peran ini, para ibu (secara massal) perlu mendapatkan pembekalan yang cukup secara terus-menerus tentang ilmu merawat dan mendidik anak, sehingga setiap ibu mampu menjadi guru bagi anak-anaknya sejak awal kehidupannya. Tentu saja hal ini membutuhkan dana dan tenaga yang besar. Sehingga tanggung jawab ini hanya layak ditanggung oleh negara, bukan masyarakat apalagi seorang indvidu. Demikian pula para ibu perlu difasilitasi oleh negara agar mereka mudah menjalankan perannya yang strategis ini.
 
Peran negara terhadap peran strategis ibu sebagai guru pertama dan utama
Adapun wujud peran negara terhadap peran strategis ibu ini mencakup tiga hal yaitu:
Pertama, negara berperan dalam memberikan pembekalan kepada setiap perempuan, baik ibu maupun calon ibu tentang pengetahuan yang terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai usia, metode pendidikan yang tepat untuk melejitkan perkembangan setiap anak, dan materi pembelajaran yang tepat sesuai usia anak. Pembekalan ini bisa diberikan lewat pendidikan formal maupun non formal.
Kedua, negara berperan mengeluarkan kebijakan khusus kepada perempuan agar mereka hanya bekerja setengah hari atau part time, sehinggga mereka masih bisa menjalankan perannya sebagai ibu secara ideal. Negara juga berperan mengeluarkan kebijakan agar setiap kantor memfasilitasi para ibu bekerja yang sedang menyusui, sehingga sang anak tetap mendapatkan makanan terbaik yang Allah ciptakan bagi sang anak.
Ketiga, negara menyediakan lapangan kerja yang cukup bagi para suami dan bapak sebagai kepala rumah tangga, sehingga tulang punggung pencari nafkah adalah para suami dan bapak. Dengan demikian perempuan tidak perlu mati-matian bekerja seharian untuk mencukupi kebutuhannya dan anak-anaknya, sehinggga para ibu fokus merawat dan mendidik anak-anaknya menjadi anak yang sholeh.
Bila kita cermati realitas saat ini, masih banyak ibu belum mampu menjalankan perannya, khususnya dalam membina dan mendidik anak-anaknya. Untuk itu hendaknya ada sekelompok kaum muslimin yang senantiasa menyadarkan para ibu betapa pentingnya peran ibu sebagai guru pertama dan utama bagi anak-anaknya, untuk menghasilkan kualitas generasi di masa datang. Apalagi balasan yang diberikan Allah SWT kepada orang tua yang berhasil mendidik anaknya adalah surga. Selanjutnya mendorong para ibu untuk terus-menerus belajar tentang cara mendidik anak sesuai usianya, sampai mereka mampu dan percaya diri menjalankan fungsi utamanya sebagai guru pertama dan utama bagi anak-anaknya.

“Tidak ada pemberian orangtua kepada anak yang lebih utama daripada pendidikan yang baik” (HR.At-Tirmidzy).

Jika seorang manusia meninggal dunia, putuslah amalnya kecuali dari tiga perkara: shodaqoh jariah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak yang shaleh (HR.Ahmad dan Muslim).


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Free Web Hosting