websitepemula

Sunday, February 6, 2011

Surat Suamiku Untukku.

Dindaku....
Aku ingin menikahimu bukan hanya karena aku cinta padamu.
Aku ingin menikahimu karena aku ingin menggenapkan saparuh agamaku.
Aku ingin mengharapkan berkah atas pernikahan kita.
Aku memilihmu bukan hanya karena kecantikanmu.
Karena cantik tanpa ruhiyah, seperti pohon tanpa akar. Dia akan segera layu.
Aku ingin kecantikan yang hakiki. Bukan kecantikan yang semu.
 Dindaku....
Aku memilihmu bukan karena uangmu.
Aku memilihmu karena engkau menyejukkan hatiku.
Aku mencintaimu karena engkau bisa menguatkan imanku disaat aku lemah.

Dindaku...
Aku ingat saat orang tuamu meminta kesediaanmu atas pinanganku, engkau hanya menundukkan kepala dengan wajah tersipu.Tak sepatah katapun terlontar dari mulut mungilmu. Mungkin itu pertanda engkau menerima pinanganku.

Dindaku....
Hari itu 25 Agustus 2007 kubacakan kalimat yang menghalalkan kebersamaan kita. Saat itu pecah tangis yang mengharu biru memecah gelapnya malam.
Dindaku...
Masih ingatkah engkau ketika bulek Umi nyuruh kita untuk menyegerakan shalat dua rakaat setelah akad?Dan engkau masih malu malu ngobrol denganku.
Dindaku...
Kini kita udah hampir empat tahun  kita bersama, kian kurasakan pancaran cinta yang kuat darimu. Kasih sayangmu yang begitu tulus.
Dindaku....
Aku tahu engkau ingin membahagiakanku dengan peluh keringatmu. Engkau selalu berjuang untuk menjadi istri sholihah.
Dindaku...
Jadilah wanita sholihah yang menyejukkan hatiku, menjaga pandanganku. Karena sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholihah.
Dindaku....
Maafkan aku.ternyata aku belum bisa memahamimu. Diawal pernikahan kita sering bertengkar. Bertengkar untuk hal yang gak perlu dipertengkarkan. Itu karena keegoisanku dan kebodohanku. Engkau sering menangis dibalik bantal, sedangkan aku terdiam dalam kemarahanku. Aku bersyukur engkau mau mengajariku bagaimana caranya menjadi suami yang baik dan penuh pengertian.
(ngantuk......to be continued)

My Beloved Husband

Smart parents...apa kabar?
Lama juga saya gak nulis-nulis di blog ini. Paling-paling cuma copas aja. Cari artikel yang menarik.Tempel deh. He he...mudah-mudahan yang nulis ridho, tulisannya nempel di blog ini. Nyuri-nyuri waktu buat nulis ternyata repot juga. Baru buka laptop, Aisyah sudah minta Upin, Spongebobs, Bearnard atau malah video koleksi pribadinya Aisyah. Agak narsis juga bidadariku ini.

Smart parents....
Alhamdulillah, kalau Aisyah tidur bisa agak leluasa utak atik kompi. Gak ada yang gangguin. Yah meskipun sendirian ditemani sunyinya malam, bolehlah saya nulis-nulis. 

Smart parents....
Ternyata menjadi ibu itu subhanallah, luar biasa.Benar-benar melatih kesabaran. (hiks kadang gak sabar juga,maafin ibu ya dek). meskipun demikian, sudah menjadi komitmen saya untuk mengasuh Aisyah sendiri tanpa baby sitter. Rasanya kok gak rela melihat anak sendiri diasuh orang lain. Apalagi biasanya seorang pengasuh mau enaknya aja. Intine asal anak gak menangis ya sudah. misalnya memberikan jajanan yang kurang sehat. 

Smart parents....
Saya bersyukur mempunyai suami yang subhanallah pengertiannya. Kadang ada suami yang menuntut istrinya untuk bekerja. Namun suamiku beda. Dulu memang aku pernah nulis-nulis buku, tapi karena repot lagi hamil, akhirnya suamiku menyuruh saya untuk istirahat dulu demi menjaga kandunganku. Pernah suatu  ketika saya mengajukan proposal ingin bekerja. (kadang bosen juga dirumah terus, bisa-bisa lupa dengan komitmen saya).  Tapi apa jawaban suami saya 
"mas tahu kamu ingin membantu ekonomi keluarga kita, kamu mau mengaktualisasikan ilmumu, kamu seorang sarjana. Dan aku pun tak bisa melarangmu berkerja, karena Alloh dan RasulNya pun tidak mengharamkannya.Aku hanya mengkhawatirkanmu akan sulit membagi waktu, tenaga untuk kewajiban berumah tangga, berdakwah dan bekerja. Sabarlah sayang. Seandainya pun engkau ingin bekerja, carilah pekerjaan yang tidak mengganggu kewajiban-kewajibanmu yang utama. Bekerja bagimu mubah, sementara rumah tangga dan dakwah adalah kewajiban. Banyak-banyaklah bersyukur, lihatlah  orang yang berada dibawah kita, jangan orang yang diatas kita. Namun demikian janganlah mencibir ibu-ibu rumah tangga yang bekerja. Apalagi mengatakan double income adalah laknatullah.Karena banyak yang bekerja karena keadaan."

Smart parents...
Mendengar nasehat suamiku itu aku jadi nangis. Ternyata begitu sayangnya suamiku kepadaku. Beliau gak mau aku masuk neraka gara-gara melalaikan kewajiban-kewajibanku. 

Love u sayang....I'm always waiting for you. (menunggu ayah lagi mabit).

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Free Web Hosting